Mengapa Bermain Game Sering Dipandang Buruk?

Mengapa Bermain Game Sering Dipandang Buruk?



GamesMine - Bandung — Dalam kehidupan sehari hari kita tak lepas dengan yang namanya hiburan. Berbagai bentuk hiburan seperti menonton, mendengarkan musik, berolahraga, dll tak lepas dari mewarnainya hari. Salah satu kegiatan hiburan yang sering dibandingkan dan menjadi stigma yang buruk di masyarakat luas ialah bermain game dan membaca buku yang mana membaca buku disebut kegiatan positif, sedangkan bermain sering disebut kegiatan yang membuang buang waktu dan sering dianggap buruk, bahkan tidak produktif. Tapi benarkah begitu kenyataannya? Bermain game dikritik, di judge, sedangkan membaca buku dipuji?

Berakar dari mana sih persepsi seperti ini?

Tentunya stigma seperti ini tidak hanya muncul seperti itu saja, pasti ada awal kemunculannya. Awalnya permainan video games dikenal dan identiik dengan game anak anak sejak kemunculan game pada tahun 1970an, yang mana menjadi kekhawatiran baru orang tua kepada anak-anaknya tentang menatap waktu berlebih akibat kecanduan, adanya kekerasan sehingga membentuk citra yang buruk sejak saat itu akibat video games.

Stigma ini diperkuat juga oleh media. Meskipun ada sedikit bukti ilmiah, penelitian oleh Markey & Ferguson (2017) dari American Psychologist menunjukkan bahwa media sering mengaitkan permainan video dengan tindakan kekerasan remaja. Namun, menurut studi dari Oxford Internet Institute (Przybylski & Weinstein, 2020), tidak ada korelasi yang signifikan antara bermain game dan perilaku agresif remaja.


Mengapa Buku Dipandang Lebih Baik?

Hal yang dari dulu telah dipandang sebagai kegiatyan yang bermanfaat ialah membaca buku. Kaitannya dengan pendidikan yang formal sangat erat sekali, seperti pribahasa di negara kita yang sering diajarkan, “buku adalah jembatan ilmu”. Pembelajaran, berfikir, intelektual adalah sebagai buah dari buku-buku. Maka dari itu buku menjadi kegiatan positif diberbagai kalangan, muda maupun tua.

Walaupun demikian, tidak sedikit juga buku yang tidak mengandung edukasi. Banyak dari itu buku yang menyebarkan hoax, menyesatkan, maupun sekedar hiburangan ringan. Namun demikian, tidak semua buku mengandung nilai edukatif. Ada pula buku yang menyesatkan, menyebarkan hoaks, atau sekadar hiburan ringan tanpa substansi mendalam. Meskipun begitu, buku tetap dianggap berkualitas karena memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan.


Tidak sekedar hiburan, ada manfaat yang lain juga

Sebaliknya, penelitian telah menunjukkan bahwa bermain game bermanfaat bagi kognitif dan sosial lho. Sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (2013) menemukan bahwa bermain video game dapat meningkatkan koordinasi tangan-mata, reflek, kemampuan pemecahan masalah, dan kecepatan berpikir.  

Sementara Civilization mengajarkan sejarah, strategi, dan pengambilan keputusan, permainan seperti Minecraft mendorong kreativitas dan kerja sama. Bahkan selama pandemi COVID-19, WHO (2021) mendukung inisiatif bermain game sosial sebagai cara untuk menjaga kesehatan mental dan interaksi sosial. Konsep pembelajaran berbasis game semakin diterima di bidang pendidikan. Menurut Gee (2003), penulis "What Video Games Have to Teach Us About Learning and Literacy", video game kontemporer memiliki kemampuan untuk mengajarkan pemain cara berpikir logis, memecahkan masalah, dan belajar dari kesalahan, yang sangat mirip dengan proses belajar yang ada di dunia nyata.

Sementara itu juga jika kita melihat pada game – game dengan genre story rich, kita dapat menyimak cerita di dalamnya sama seperti kita membaca buku, game – game seperti the witcher, the last of us, red dead redemption adalah game game yang seru untuk disimak, juga dapat menambah kosa kata kamu yang sedang belajar bahasa inggris.


Tergantung Tujuannya?

Pertanyaannya bukanlah “mana yang lebih baik?”, keduanya sama-sama baik jika diterapkan secara seimbang - melainkan “bagaimana kita menggunakannya?”. Membaca buku pun tidak selalu produktif jika dilakukan secara pasif atau tanpa pemahaman, hanya membaca tanpa tau arti dan makna. Demikian pula bermain game bisa menjadi aktivitas bermanfaat jika dilakukan secara seimbang, tidak meninggalkan prioritas dan dengan pemilihan game yang tepat.

Menurut Dr. Andrew Przybylski dari University of Oxford, “Game itu seperti makanan. Beberapa jenisnya baik, yang lain kurang sehat. Tapi yang penting adalah porsinya.” Ini menegaskan bahwa aktivitas apa pun bisa berdampak baik atau buruk tergantung konteksnya, manakala kita bermain game tanpa waktu, tidak ingat pekerjaan, maka itu menjadi hal negatif. Namun, saat kita menjadikan game pereda penat saat seharian sudah bekerja/sekolah, dan bermain game secukupnya agar tidak stress, maka ini menjadi hal yang positif.


Cara Pandang Sangat Penting

Cara pandang kita terhadap sesuatu itu sangat penting, kurangnya pemahaman dan pengalaman langsung, bukan karena game itu sendiri yang menimbulkan skeptisisme. Namun, membaca buku selalu dianggap baik karena memiliki dasar yang kuat dalam tradisi pendidikan. Namun, persepsi ini perlu ditinjau ulang di dunia yang terus berubah. Buku dan game adalah alat yang berguna untuk pendidikan, hiburan, dan pengembangan diri. Bagaimana kita menggunakannya adalah perbedaan utama. Jika dilakukan dengan benar dan susuai porsinya, bermain game dan membaca buku sama bermanfaatnya.


Baca Juga: Merasa Jenuh Main Game Kompetitif? Coba Nikmati Game Story!


kamu mau ketinggalan di dunia game yang terus berkembang cepat ini? Tetap update terus soal dunia game bareng Games Mine!
Follow blog ini dan Instagram @Game_minee buat konten seru tiap minggunya! 

 

Komentar

  1. betulll ! yang tidak baik itu kalo main game dari pagi sampe pagi lagi yh bang

    BalasHapus
  2. aku punya temen main game mulu tiap hari

    BalasHapus
  3. Ingat kata pepatah "sesuatu yang berlebihan itu tidak baik".

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebagian Industri Ikut Rugi $2,7 Miliar? Imbas Penundaan Rilis GTA 6?

Kamu Player CDID di Roblox? Ini Dia 3 Kode Reedem Bulan Ini!

9 Game Terbaik di Tahun 2024, Wajib dimainkan?